Sudah
20 tahun usiaku, suatu perubahan benar-benar terlihat. Suasana yang sangat
berbeda dan jarang aku temui masa sekarang dengan dulu. Suatu kerinduanku saat
aku masih kecil dulu.
Saat
sendiri, seringkali aku merasakan keheningan, kesunyian, tak ada keramaian. Aku
selalu berpikir betapa ramainya suasana saat aku kecil. Dulu, di tanah kosong,
anak-anak kecil berkumpul dan mereka bermain dengan senang hati. Bermain
kelereng dan berusaha untuk menang agar punya kelereng yang banyak. Lalu ada
permainan lompat tali, gobag sodor, petak umpet. Keceriaan dari polosnya
anak-anak kecil terlihat.
Setelah
pulang sekolah biasanya anak-anak perempuan bermain congkak, bola bekel,
bermain boneka-bonekaan dari kertas. Aaaaahh sungguh asyik sekali permainan
itu, sampai kami lupa waktu. Sampai orang tua kami marah, karena tak mau
berhenti bermain karena terlalu asik bermain.
Lalu
anak-anak lelaki lebih suka bermain di sungai. Saat cuaca panas, mereka
menceburkan diri ke sungai dan berenang di sungai. Yah sama, saat orang tua
mereka tahu pun mereka dimarahin oleh orang tuanya. Saat itu pun aku dan
teman-temanku sering bersepeda, berkeliling kampung menemukan hal-hal baru. Walaupun
panas matahari tidak menghalangi kami bersepeda.
Saat
sore hari, aku dan teman-temanku pergi ke sawah. Kami membawa alat seperti
ember dan jaring kecil untuk mencari keong sawah, di tempat kami namanya kraca.
Kadang kami pun mencari belut di sawah. Keong dan belut itu kami bawa pulang,
kami berikan pada orangtua. Kalau aku memberikannya pada embah atau nenek aku
untuk dilah menjadi masakan yang tentunya enak dan bergizi. Tak hanya itu saat
musim layangan pun, kami sering memilih bermain layangan di sawah. Sungguh itu
sangat menyenangkan. Saat musim panen,
aku juga sering ikut embah ke sawah. Sambil menunggu embahku memanen
padi, embah membuatkan ku gubug agar aku tidak kepanasan. Saat kecil aku dari
pagi sampai sore aku dititipkan ke embah aku, karena orang tuaku harus bekerja.
Di
samping rumahku dulu itu ada sebuah kebun, ada banyak tanaman. Salah satunya
ada pohon jambu, aku menyebutnya jambu klutuk. Aku senang sekali memanjat pohon
jambu itu, sampai embah aku sering memarahiku karena sikap aku seperti anak
lelaki. Namun kebun itu sekarang sudah tidak ada, sekarang telah menjadi rumah.
Dulu pun, setiap sore aku dan teman-temanku meluangkan waktu datang ke masjid untuk mengaji. Kami mengaji setelah shalat ashar. Kami belajar banyak hal mengenai Islam, belajar membaca iqra dan al-qur'an. Setelah selesai mengaji, biasanya kami membeli jajanan yang ada di depan masjid, ada penjual bakso goreng tapi di tempat kami namanya basgor, ada telur gulung. Harga jajanan pun masih murah meriah, sekitar Rp 200,00.
Dulu pun, setiap sore aku dan teman-temanku meluangkan waktu datang ke masjid untuk mengaji. Kami mengaji setelah shalat ashar. Kami belajar banyak hal mengenai Islam, belajar membaca iqra dan al-qur'an. Setelah selesai mengaji, biasanya kami membeli jajanan yang ada di depan masjid, ada penjual bakso goreng tapi di tempat kami namanya basgor, ada telur gulung. Harga jajanan pun masih murah meriah, sekitar Rp 200,00.
Bukan
hanya itu saja, perbedaan itu pun ada di perayaan hari kemerdekaan 17 agustus. Perayaan
saat ini tidak semeriah perayaan dulu. Saat dulu, seminggu sebelum 17 agustus,
warga sudah berbondong-bondong memasang bendera di pinggir jalan. Mengecat jalanan
dengan garis-garis putih. Dulu pun disetiap gang rumah dibuat gapura yang unik
dan sangat menarik. Remaja RT mempersiapkan perlombaan untuk warganya. Antusias
warganya sangatlah besar untuk perayaan kemerdekaan itu. Tak kalah pula para
penjual jajanan pun ikut meramaikan di perlombaan itu. Namun yang paling
ditunggu-tunggu adalah lomba panjat pinang. Malam kemerdekaan diadakan acara
syukuran RT, para ibu-ibu memasak makanan untuk acara tersebut. Di acara
syukuran tersebut juga ada panggung, anak-anak perempuan menunjukkan
kelihaiannya menari.
Selain
itu, ada pula yang aku rindukan. Jajanan saat aku kecil yang jarang atau
mungkin tidak aku temui saat ini. Hampir setiap pagi, embah aku mengajakku
duduk di pinggir jalan untuk menunggu penjual getuk. Aku sangat menyukai
makanan itu. Penjual itu menjual getuk, klepon, lopis, cenil. Di pinggir jalan
dekat rumah aku juga ada penjual serabi, hemm rasanya enak sekali. Bukan hanya
itu saja, saat di sekolah aku dan teman-temanku juga senang sekali membeli
jajanan ada gulali, es gosrok, ada juga semacam es krim namanya es tung-tung,
es lilin. Aaahh masih banyak sekali. Aku pun sering di ajak embah ke ladang,
mengambil singkong. Setelah itu, singkongnya kami bawa pulang. Dulu di rumah
embah masih menggunakan tungku, singkong itu kami bakar di bara api tungku itu.
Saat
ini aku tak lagi merasakan bahkan tak melihat anak-anak seperti itu. Permainan mereka
sekarang serba mahal, teknologi canggih. Anak kecil sudah disuguhi oleh gadget
atau handphone mahal, permainan playstation. Makanan pun serba enak. Jarang sekali
ditemukan makanan seperti jaman aku kecil.
Apakah kerinduan itu dapat aku rasakan dan lihat kembali? Mungkin tidak akan aku rasakan lagi. Kehidupan ini semakin berkembang.
Apakah kerinduan itu dapat aku rasakan dan lihat kembali? Mungkin tidak akan aku rasakan lagi. Kehidupan ini semakin berkembang.
Purwokerto, 26 Agustus 2014